Rabu, 31 Agustus 2016

Tradisi Unik Untuk Mensyukuri Bayi Yang Baru Lahir Di Minangkabau



 
Masyarakat Minangkabau, adalah salah satu kelompok masyarakat Indonesia yang masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya leluhur mereka.
Berbagai macam tradisi terus terjaga hingga saat ini. Sehingga membuat Sumatera Barat, tempat masyarakat Minangkabau bernaung, sangat eksotis untuk dikunjungi.
Karena pendatang akan bisa menyaksikan secara langsung proses beragam ritual unik masyarakat ini. Upacara turun mandi adalah salah satu upacara adat Minangkabau yang masih terlestarikan hingga saat ini.
Tradisi turun mandi ini sudah menjadi sebuah tradisi turun temurun dan bahkan sudah berabad lalu dilakukan, kepada bayi-bayi yang baru lahir.
Upacara turun mandi merupakan upacara yang dilaksanakan untuk mensyukuri nikmat atas bayi yang baru lahir.
Tujuan dari turun mandi adalah untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa telah lahir keturunan baru dari sebuah suku atau keluarga tertentu. Sementara bagi si ibu bayi upacara ini sebagai ajang untuk keluar rumah pertama kali pasca pemulihan setelah melahirkan.

Prosesi Upacara Turun Mandi Di Minangkabau
Sebelum sang bayi ini dimandikan ada banyak hal yang mesti dipersiapkan dan diperhitungkan, pertama adalah hari pelaksanaan turun mandi, jika bayi laki-laki maka acara turun mandi dilaksanakan pada hari ganjil dari hari kelahiran sang bayi dan jika bayinya perem-puan maka hari turun mandinya adalah hari genap.
Selain itu tradisi turun mandi juga memiliki beberapa syarat-syarat, biasanya di tiap nagari ada sedikit perbedaan dalam bentuk-bentuk syarat ini, namun umumnya syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:

Syarat-syarat  Tradisi Turun Mandi Di Minangkabau
1. Upacara turun mandi harus di laksanakan di batang aie (sungai). Sungai adalah tempat memandikan si bayi yang juga tempat umum di mana banyak orang berkumpul.
Yang membawa anak ini dari rumah ke sungai atau tempat mandi adalah orang yang berjasa membantu proses persalinan.

2. Keluarga si bayi menyediakan batiah bareh badulang yaitu beras yang digoreng. Karena biasanya proses turun mandi ini diiringi arak-arakan, batiah nantinya dibagikan kepada anak-anak kecil yang pergi mengikuti upacara turun mandi.

3. Terdapat sigi kain buruak (obor yang terbuat dari kain-kain yang telah robek).
Sigi ini dibakar dari rumah dan kemudian dibawa ke tempat upacara atau ke sungai tempat si bayi akan dimandikan.
Sigi kain buruak ini memiliki makna mengajarkan kepada si bayi bahwa jika kelak tidak ada satu hambatanpun dalam menuntut ilmu.

4. Harus ada Tampang karambia tumbuah (bibit kelapa yang siap tanam).Gunanya, pada saat telah sampai di tempat upacara anak ini dimandikan, bibit kelapa tadi dihanyutkan dari atas lalu si ibu bayi akan menangkap kelapa tersebut saat mendekati si bayi.
5.Harus ada Tangguak (tangguk). Merupakan alat yang digunakan untuk menangkap ikan. Melambangkan juga untuk bekal ekonomi si bayi kelak. Kegunaan Tangguak untuk meletakkan batu yang diambil dari sungai sebanyak tujuh buah, kemudian batu ini bersama tampang karambia dibawa pulang. Batu inilah yang dimasukkan kedalam lubang tempat karambia ditanam.

6. Harus ada palo nasi (nasi yang terletak paling atas) yang telah dilumuri dengan arang serta darah ayam.
Tujuannya untuk mengusir setan, makluk halus yang ingin ikut meramaikan upacara terse-but. Syarat ini disiapkan seba-nyak tiga cawan atau bejana.
Dua untuk diletakkan dijalan menuju sungai atau tempat mandi yang jaraknya sudah diatur dan disesuai-kan, satu dibawa ke sungai atau tempat mandi di mana upacara ber-langsung.
Setelah seluruh prosesi selesai, bayi dan si ibu bayi akan diarak kembali menuju rumah. Di rumah orang yang terlibat dalam prosesi acara dan orang-orang yang mengikuti arakan akan dijamu di rumah si bayi.
Jamuan berupa makanan dan minuman yang sudah disediakan sebelumnya oleh keluarga si bayi. Sementara kelapa yang ditangkap si ibu bayi, juga turut dibawa pulang untuk ditanam dan inilah nanti menjadi bekal hidup si anak kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar